BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa
merupakan alat komunikasi yang paling utama di dunia, sebab dengan bahasa
manusia dapat berinteraksi satu sama lainnya. Seiring dengan perkembangan zaman
bahasa pun tentu mengalami perkembangan dan perubahan. Dalam perkembangan ini pula bahasa yang ada
dunia terpecah menjadi beberapa macam bahasa, baik yang berkembang di dunia seperti Bahasa Arab maupun bahasa yang berkembang di daerah-daerah seperti
halnya di Indonesia yang terbagi ke beberapa macam bahasa salah satunya Bahasa Sunda. Penelitian dalam Bahasa Sunda dan
Bahasa Arab telah banyak dilakukan baik dari unsur kebahasaannya yang meliputi
tipe bahasa yang didasarkan pada pola ukuran kalimat, dari sudut fungsinya
kalimat meliputi subjek, predikat,objek dan keterangan.
Bahasa Arab merupakan bahasa yang digunakan
oleh bangsa Arab terutama oleh bangsa-bangsa yang tinggal disekitar sungai
Tigris dan Eufrat, dataran Syiria dsn jazirah Arabia (Timur Tengah). Bahasa
Arab termasuk salah satu rumpun bahasa Semit.
Bahasa Arab digunakan oleh bangsa Arab untuk mengungkapkan isi atau maksud hati
tertentu dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan
bahasa Sunda merupakan bahasa yang termasuk dalam rumpun bahasa Melayu
Polinesia. Bahasa ini erat berhubungan dengan bahasa Jawa dan Melayu. Bahasa
Sunda dipergunakan diseluruh Jawa Barat, yaitu di kresidenan Priangan, Cirebon,
Jakarta, Banten dan Karawang yang dahulu juga merupakan keresidenan tersendiri.
Dalam analisis ini, penulis akan menguraikan bagaimana
perbedaan dan persamaan antara kata penghubung dalam bahasa Arab (Isim
Maushul) dan bahasa Sunda (kecap
panyambung) dari aspek sintaksisnya, terutama dalam Nahwu. Objek masalahnya ada pada
bagaimana kata penghubung/maushul ketika dilihat dari segi sintaksisnya,
apakah antara bahasa Arab dan Inggris itu mempunyai kemiripan atau tidak.
Karena dalam bahasa Arab jika subjeknya jamak/banyak ataupun mutsanna
maka isim maushul harus sesuai dengan subjeknya begitu juga dengan dhamirnya
harus sesuai. Apakah hal ini dalam bahasa Sunda itu sama dengan bahasa Arab atau tidak. Hal ini lah mengapa
penulis mengangkat tema ini. Penelitian ini dikaji melalui studi literatur dan studi
kontrastif.
Metode kontrastif adalah metode yang tepat untuk penulis
gunakan dalam penelitian ini, karena membandingkan unsur sintaksis bahasa Arab
dan bahasa Sunda. Sumber data yang penulis gunakan ini,
mengacu pada data-data, dokumen dan
buku-buku yang berkaitan dengan
penelitian. Setelah data tersebut dikumpulkan kemudian dideskripsikan dan di
seleksi sampai mendapatkan kesimpulan mengenai persamaan dan perbedaan
sintaksis antara kata penghubung/maushul dalam BA (Bahasa Arab) dan BS
(Bahasa Sunda).
BAB II
PEMBAHASAN
A. KATA PENGHUBUNG DALAM BAHASA ARAB (ISIM MAUSHUL)
Kata penghubung “yang” dalam bahasa
Arab disebut isim maushul. Isim Maushul adalah isim yang menunjukan
kepada sesuatu tertentu di mana ketentuannya tersebut melalui perantaraan
jumlah yang disebutkan sesudahnya. Isim Maushul merupakan Isim ma’rifat yang maksudnya akan jelas bila disertai kalimat
sesudahnya yang disebut dengan shillah (isim yang membutuhkan shillah
dan ‘aid). Shillah
adalah jumlah yang disebutkan setelah isim maushul. Sedangkan ‘aid
adalah domir yang kembali pada isim maushul tersebut. Dalam hal ini, shillah
itu bisa berupa jumlah fi’liyah, ismiyah, jar majrur ataupun zharaf.
Isim maushul itu di antaranya:
§ الّذي (yang) : untuk jenis laki-laki tunggal (mufrad
mudzakar)
§
الّتي (yang) : untuk
jenis perempuan tunggal (mufrad muannats)
§ اللّذان (yang) : untuk dua jenis laki-laki (mutsanna
mudzakar)
§
اللّتان (yang)
: untuk dua jenis perempuan (mutsanna muannas)
§
الّذين (yang)
: untuk laki-laki banyak (jamak mudzakar)
§
اللّاتي (yang)
: untuk perempuan banyak (jamak muannas)
§
من (yang) : untuk yang berakal
§
ما (yang)
: untuk yang tidak berakal
§
ال (yang) : untuk yang berakal ataupun tidak
Isim maushul dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu
isim maushul khos dan isim maushul musytaraq.
1. Isim Maushul Khos
Isim Maushul Khos adalah isim maushul yang boleh digunakan untuk mufrad,
tasniyah, jama’, muannast, mudzakkar, baik yang berakal ataupun yang tidak
berakal. (isim yang terkait jenis dan jumlahnya).
Dalam sebuah kalimat, isim maushul itu bisa menjadi subjek, objek dan
preposisi. Lafadz isim maushul yang tergolong pada isim maushul khos
adalah:
مؤنث
|
مذكر
|
|
الّتي
|
الّذي
|
مفرد
|
اللّتان/ اللّتين
|
اللّذان/ اللّذين
|
مثنى
|
اللّاتي/اللّواتي/اللّائي
|
الّذين/الألى/الألاء
|
جمع
|
Contoh-contoh:
a. Sebagai subjek
Subjek
adalah bagian klausa
yang menandai apa yang dibicarakan oleh pembicara.
Dalam bahasa arab subjek disebut dengan fa’il. Fa’il adalah
isim ma’rifat yang dirafa’kan dan didahului oleh fi’il yang
menunjukkan pada pelaku pekerjaan (perbuatan).
Arti
|
Bahasa arab
|
1.
Orang (lk) yang saya hormati itu telah
datang
|
جاء الّذي اكرمته
|
2.
Orang (pr) yang saya hormati itu telah
datang
|
جائت الّتي
اكرمتها
|
3.
Dua orang (lk) yang saya hormati telah
datang
|
جاء اللّذان
اكرمتهما
|
4.
Dua orang (pr) yang saya hormati telah
datang
|
جاءت اللّتانى
اكرمتهما
|
5.
Orang-orang (lk) yang saya hormati telah
datang
|
جاء الّذين
اكرمتهم
|
6.
Orang-orang (pr) yang saya hormati telah
datang
|
جاء اللّاتى
اكرمتهن
|
Dari contoh di atas, ada dua contoh mufrod, mutsanna,
dan jamak. Contoh nomer 1dan 2 adalah contoh mufrod. Contoh nomer 1 isim
maushulnya adalah الّذي
yang kedudukannya sebagai
subjek, sedangkan predikatnya adalah جاء. Kalimat yang
sesudah isim maushul disebut sillah. Dalam kalimat tersebut terdapat
dhomir yang kembali kepada isim maushul yang dinamakan ‘aid.
Untuk ‘aid harus sesuai dengan isim maushulnya.
Contoh nomer 2 sampai nomer 6, isim maushulnya
adalah الّتي, اللّذان, اللّتانى, الّذين, dan اللّاتى. Dari
masing-masing contoh di atas kalimat yang sesudah isim masul disebut sillah
dan ‘aid yang kembali pada isim maushul
harus sesuai. Jika isim maushulnya mufrod maka ‘aid pun juga mufrod, jika
mutsanna maka mutsanna, dan jika jamak maka jamak. Karena dhomir dan isim maushul
itu harus sesuai dengan jenis dan jumlahnya.
b. Sebagai Objek
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), objek adalah hal, perkara, atau orang yang
menjadi pokok pembicaraan. Dalam bahasa arab objek dikenal dengan maf’ul
bih.
Arti
|
Bahasa arab
|
1. Saya melihat orang (lk) yang sedang belajar
|
رايت الّذي يتعلم
|
2. Saya melihat orang (pr) yang sedang belajar
|
رايت الّتي تتعلم
|
3. Saya melihat dua orang (lk) yang sedang belajar
|
رايت اللّذين
يتعلمان
|
4. Saya melihat dua (pr) yang sedang belajar
|
رايت اللّتين
تتعلمان
|
5. Saya melihat orang-orang (lk) yang sedang belajar
|
رايت الّذين
يتعلمون
|
6. Saya melihat orang-orang (pr) yang sedang belajar
|
رايت الّلاتي
يتعلمن
|
Contoh-contoh diatas adalah contoh isim maushul yang
berkedudukan sebagai objek. Sedangkan subjek dan predikatnya adalah رايت.
Dari contoh-contoh di atas, ada 2 contoh mufrod (nomer 1 dan 2), mutsanna
(nomer 3 dan 4) dan jamak (nomer 5 dan 6). Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa sesudah isim maushul itu adalah sillah dan dhomir
yang kembali pada isim maushul harus sesuai.
Contoh-contoh lainnya:
Arti
|
Bahasa arab
|
1.
Hormatilah orang (lk) yang belajar
|
اكرم الّذي تعلّم
|
2.
Hormatilah orang (pr) yang belajar
|
اكرم الّتي
تعلّمت
|
3.
Hormatilah dua orang (lk) yang belajar
|
اكرم اللّذين تعلّما
|
4.
Hormatilah dua orang (pr) yang belajar
|
اكرم اللّتين
تعلّمتا
|
5.
Hormatilah mereka (lk) yang belajar
|
اكرم الّذين تعلّمو
|
6.
Hormatilah mereka (pr) yang belajar
|
اكرم اللّاتي تعلّمن
|
c. Sebagai preposisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Preposisi adalah kata yang yang biasa terdapat di depan nomina, misalnya dari,
dengan, di dan ke. Dalam bahasa Arab, preposisi adalah jer-majrur.
Arti
|
Bahasa arab
|
1. Saya berbicara dengan orang (lk) yang naik sepeda
|
اتكلم بالّذي
يركب الجولة
|
2. Saya berbicara dengan orang (pr) yang naik sepeda
|
اتكلم بالّتي
تركب الجولة
|
3. Saya berbicara dengan dua orang (lk) yang naik sepeda
|
اتكلم باللّذين
يركبان الجولة
|
4. Saya berbicara dengan dua orang (pr) yang naik sepeda
|
اتكلم باللّتين
تركبان الجولة
|
5. Saya berbicara dengan orang-orang (lk) yang naik sepeda
|
اتكلم باللّذين
يركبون الجولة
|
6. Saya berbicara dengan orang-orang (pr) yang naik sepeda
|
اتكلم باللّذين
تركبون الجولة
|
2. Isim Maushul Musytaraq
Isim maushul musytaraq yaitu isim maushul yang bisa digunakan
dalam bentuk mufrod, mutsanna, jamak, muzakkar, dan muannas
(isim yang mencakup semua jenis dan jumlahnya).
Isim-isim yang
digunakan adalah:
ما :
untuk yang tidak berakal
من :
untuk yang berakal
اي/ ذا/ ذو : untuk yang berakal dan tidak berakal
Contoh-Contoh:
a. Sebagai subjek
Arti
|
Bahasa arab
|
1. Orang (lk) yang saya hormati itu telah datang
|
جاء من اكرمته
|
2. Orang (pr) yang saya hormati itu telah datang
|
جائت من اكرمتها
|
3. Barang yang di atas meja jatuh
|
وقع ما على المكتب
|
4. Barang yang di atas meja jatuh
|
وقعت ما على المكتب
|
5. Berunrung siapa saja yang bersungguh-sungguh
|
يفلح اي مجتهد
|
Contoh-contoh di atas adalah contoh isim masul
yang musytaraq. Isim maushulnya adalah ما , من,
dan اي
yang berkedudukan sebagai subjek. Kalimat sesudah isim maushul adalah sillah
yang berupa jer majrur (nomer 1,2,3 dan 4).
b. Sebagai objek
Arti
|
Bahasa Arab
|
1. Saya melihat orang (lk) yang sedang belajar
|
رايت من يتعلم
|
2. Saya melihat orang (pr) yang sedang belajar
|
رايت من تتعلم
|
3. Saya melihat dua orang (lk) yang sedang belajar
|
رايت من يتعلمان
|
4. Saya melihat barang yang kamu pegang
|
رايت ما تمسك
|
5. Belajarlah apa yang bisa kamu
ambil manfaatnya
|
تعلم ما تنتفع به
|
6. Belajarlah apa yang bermanfaat buatmu
|
تعلم ما ينفعك
|
Contoh-contoh di atas merupakan contoh isim maushul
musytaraq. Contoh di atas memperlihatkan isim maushul yang digunakan
untuk yang berakal (nomer 1,2 dan 3), dan isim maushul yang digunakan
untuk yang tidak berakal (nomer 4, 5, dan 6). Semua isim maushul
tersebut berkedudukan sebagai objek.
c. Sebagai preposisi
Arti
|
Bahasa arab
|
1. Saya berbicara dengan orang (lk) yang naik sepeda
|
اتكلم بمن يركب
الجولة
|
2. Saya berbicara dengan orang (pr) yang naik sepeda
|
اتكلم بمن تركب
الجولة
|
3. Saya berbicara dengan dua orang (lk) yang naik sepeda
|
اتكلم بمن يركبان
الجولة
|
4. Saya percaya dengan apa yang Allah turunkan
|
امنت بما انزل الله
|
B. KATA PENGHUBUNG DALAM BAHASA SUNDA (KECAP
PANYAMBUNG)
Dalam bahasa Sunda , kata penghubung “yang” merupakan
termasuk dalam kecap panyambung. Kecap panyambung adalah kata penghubung
yang dalam bahasa Arab disebut isim maushul, seperti yang telah
dijelaskan di atas. Kecap panyambung nyaéta kecap anu gunana pikeun
nyambungkeun kecap atawa bagian-bagian kalimah. (Kata penghubung yaitu kata yang gunanya untuk
menyambungkan kata atau bagian-bagian kalimat).
Adapun macam-macam kata penghubung dalam Bahasa Sunda,
diantaranya yaitu:
1.
Kata sambung yang merangkaikan, ialah terutama:
a)
Jeung dan sarta (dan)
b)
Bari atau barina menyambungkan dua kejadian yang bersama-sama dan dapat
diterjemahkan dengan sambal dan sembari.
c)
Tur dan wuh berarti
menentukan
d)
Malah (bahkan dan juga).
2.
Kata sambung yang memepertentangkan
a)
Enyana, benerna, estuna (sebagainya, sesungguhnya, sebenarnya)
b)
Kari-kari (ketika)
c)
Ngan sirikna (hanya tidak)
d)
Boh (atau)
3.
Kata sambung pemberi sebab
a)
Sabab (sebab)
b)
Tina, tina bawaing dan da (karena)
c)
Perkawis eta (karena itu)
4.
Kata sambung membandingkan
a)
Lir (seperti, serupa)
b)
Jeg, jiga dan siga (seperti)
c)
Kawas (seakan-akan)
5.
Kata sambung mengalah
a)
Najan, sanajan, halta, (meskipun, walaupun)
b)
Mati-mati ge (meskipun)
c)
Saha oge, saha bae (siapa aja)
d)
Naon oge, naon bae (apa pun)
6.
Kata sambung yang menunjukan sifat
Dari sekian banyaknya kata sambung dalam Bahasa Sunda diatas yang berhubungan
dengan isim maushul yaitu kata sambung yang menunjukan sifat. Biasanya kata
sambung ini menggunakan kata ‘anu’ atau ‘nu’ dalam Bahasa Sunda
yang berarti yang. Kata sambung ini juga bisa juga disebut dengan kata ganti
penghubung. Yaitu kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan
anak kalimat dan induk kalimat. Kata nu digunakan pada anak kalimat yang
bersifat ajektif atau relative, dapat dikatakan bahwa kalimat itu dibuat dengan
cara yang sama sebagai penentu pada sebuah kata benda. Dengan demikian dalam
kontruksi ini hubungan anak kalimat dengan induk kalimat adalah seperti
hubungan antara penentu persifatan dengan kata benda yang ditentukannya.
Kontruksi inilah yang lazim.
Contoh-contoh:
1)
Jisim kuring enggeus nampi serat paparin ajengan tuan,
anu kaserat tanggal 25 Nopember 1866. Saya telah menerima surat tuan yang
ditulis tanggal 25 nopember 1866.
2)
Dina poe katujuh cacap damelanana, nu didamel tea. Pada hari ketujuh selesailah hasil pekerjaannya, yang
dibuat olehnya.
3)
Perkawis pun dulur, anu diburatan ku ajengan juragan. Mengenai saudara saya yang diberi obat oleh tuan.
Kata nu dan anu kadang-kadang suka
dihilangkan. Yakni, bahwa sebuah penentu persifatan kadang-kadang langsung
dihubungkan dengan kata bendanya berlaku pula bagi anak kalimat yang bersifat
ajektif, yang juga tanpa nu dihubungkan pada induk kalimat.
Contoh-contoh:
1)
korsi kancana, ditaretas ku sosoca. Kursi emas berhiaskan permata.
2)
Aya hiji jalma, kasukaanana moro. ada seseorang, kesukaannya berburu.
3)
Japar tambah percaya ka elmuna, beunang guguru tea. Japar bertambah percaya pada ilmunya, (yang) ia pelajari
itu.
Penghilangan kata ganti relative ini memberikan sifat yang
agak lebih kuat pada anak kalimat itu, tetapi kadang-kadang menimbulkan sedikit
kekeliruan dan bahaya salah faham, karena tidak ada tanda pemisah. Demikianlah
kalimat contoh yang pertama juga dapat diterjemahkan: ‘kursi emas itu dihiasi
dengan permata’.
C. ANALISIS KONTRASTIF KATA PENGHUBUNG/MAUSHUL DALAM BAHASA ARAB DAN SUNDA
Dari pemaparan di atas, mengenai kata
penghubung dalam bahasa Arab dan bahasa Sunda dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki
persamaan dan perbedaan.
1. Persamaan Kata Penghubung Dalam Bahasa Arab Dan Sunda
a. Keduanya terdapat kata penghubung
Contoh dalam bahasa Arab
جاء الذي ولده كسلان : Orang
yang anaknya malas telah datang
Dari contoh dia atas, diketahui bahwa kalimat
tersebut terdapat kata penghubung yaitu الذي.
Contoh dalam bahasa Sunda:
Abdi ningali jalmi anu nuju ngusep di balong.
Dari contoh di atas, dapat diketahui bahwa
kalimat tersebut terdapat juga kata penghubung yaitu anu.
b. Dari segi kedudukan dalam kalimat
Dalam bahasa Arab isim-isim maushul
mempunyai kedudukan dalam sebuah kalimat baik itu subjek maupun objek, begitu
juga dengan kata penghbung dalam bahasa Sunda. Contohnya:
Dalam bahasa Arab:
جاءت التي ابنها مجتهد
(datang orang yang anaknya giat). Dari contoh tersebut kata penghubung/isim maushul
الّتي berkedudukan sebagai subjek, yang mana predikatnya adalah kata جاءت. Sillah maushulnya
adalah ابن , dimana pada kata tersebut ada domir yang kembali pada الّتي.
Dalam bahasa Sunda:
Asep ningali nu maen bola. Dari contoh
tersebut kata penghubung nu berkedudukan sebagai objek.
2. Perbedaan Kata Penghubung Dalam Bahasa Arab Dan Sunda
Dalam Bahasa Arab kata penghubung itu dipengaruhi oleh
system gender, yaitu harus adanya kesesuaian muanats dan mudzakar antara kata
penghubung dengan silah maushul serta dhamir (aid) yang kembali pada kata
penghubung. Akan tetapi dalam Bahasa Sunda tidak demikian, yaitu baik laki-laki
maupun perempuan tetap menggunakan kata anu atau nu.
Contoh dalam bahasa arab;
جاء الّذي اكرمته
: orang (lk) yang saya hormati telah datang
جاءت الّتي اكرمتها:
orang (pr) yang saya hormati telah datang
Pada contoh di atas, baik laki-laki dan perempuan kata penghubung/isim maushulnya
berbeda.
Sedangkan dalam bahasa Sunda antara laki-laki dan perempuan itu sama kata
penghubungnya.
Contoh Dalam bahasa Sunda:
Wati nuju ningali nu maen badminton
Asep nuju ningali nu maen badminton
Wati dan Asep kata
penghubungnya sama yaitu nu, tidak ada yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan
Dalam bahasa Arab mengenal system jumlah. Akan tetapi dalam bahasa Sunda tidak. Contohnya:
Dalam bahasa arab;
جاء الّذي اكرمته : Jalmi (lk) nu ku simkuring dipikahormat tos sumping
جاءت الّتي اكرمتها:
Jalmi (pr) nu ku simkuring dipikahormat tos sumping
Pada contoh di atas, baik laki-laki dan
perempuan kata penghubung/isim maushulnya berbeda. Jika laki-laki
tunggal menggunakan الّذي dan jika
perempuan tunggal menggunkan الّتي.
Contoh lainnya:
رايت الّذين
يتعلمون : saya melihat orang-orang (lk) yang sedang belajar
رايت الّلاتي
يتعلمن : saya melihat orang-orang (pr) yang sedang belajar
Dari contoh di atas, adalah
contoh isim maushul yang digunakan untuk jamak (banyak). Seperti contoh yang telah dijelaskan di atas,
untuk jamak pun antara laki-laki dan perempuan berbeda. Jika jamak yang
menunjukkan laki-laki banyak menggunakan الّذين dan jika
menunjukkan perempuan banyak itu menggunakan الّلاتي.
. Sedangkan dalam bahasa Sunda baik itu jumlah tunggal
maupun jamak, kata penghubungnya tetap sama yaitu nu dan tidak ada
perubahan dari segi katanya.
Contoh dalam Bahasa Sunda:
Maranehanana milihan acuk nu bade dipeser di Pasar Baru
Abdi miliham acuk nu bade dipeser di Pasar Baru
BAB III
KESIMPULAN
Analisis kontrastif kata penghubung dalam
bahasa Arab dan Sunda berdasarkan analisis di atas
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Persamaan antara kata penghubung dalam bahasa Arab dan
Inggris:
a. Kesamaan kata
penghubung/maushul dari segi kedudukan antara Bahasa
Arab dan Bahasa
Sunda.
b. Kesamaan terdapat kata penghubung dalam Bahasa Arab dan Bahasa sunda.
2. Perbedaan kata penghubung dalam bahasa Arab dan
Inggris:
a. Perbedaan dari segi gender
(mudzakar dan muanats).
b. Perbedaan jumlah (tunggal dan
banyak).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghalayyin,
Mustofa. Jami’ud Durus Juz 1. 1886
K.Hitti,
Philip. History of the Arabs. 2002. Jakarta:
PT Serambi Ilmu Semesta
Moh. Ismail. Terjemah
An-Nahwul Wadlih Tata Bahasa Arab (Ibtidaiyah). Surabaya: Putra
Alma
‘Arif.
Rahab, Syarwani. 2014. Multilingual.
S. Coolsma, Tata
Bahasa Sunda. 1987. Jakarta: Djambatan
Bayan Mujaz ala
Matni Alfiyyah Ibn Malik. Jilid 1.
Pondok Pesantren Perguruan KHZ. Musthafa Sukahideng
Belum ada tanggapan untuk "ANALISIS KONTRASTIF KATA PENGHUBUNG/MAUSHUL DALAM BAHASA ARAB DAN SUNDA"
Post a Comment