BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Cinta merupakan pengalaman yang
sangat menarik yang pernah kita alami dalam hidup ini. Sangat disesali, orang
pada umumnya masih bingung akan apakah cinta itu sesungguhnya. Kebingungan
mereka semakin bertambah ketika dunia perfileman memperkenalkan arti cinta yang
salah dimana penekanan akan cinta selalu dititik beratkan pada perasaan dan
cerita romantika.
Dari jaman dulu sampai sekarang hakikat cinta
kasih masih menjadi perbincangan yang tidak dibatasi secara jelas dengan makna
yang luas pula. Walaupun, sulit juga untuk diungkapkan dan diingkari bahwa
cinta adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang cukup fundamental. Begitu
fundamentalnya sampai-sampai membawa Khalil Gibran, seorang punjagga terkenal,
berpendapat bahwa “Cinta hanyalah sebuah kemisterian”. Cinta sangat erat dalam
kehidupan dan tidak bias di pisahkan dalam kehidupan. Tidak pernah selintas pun
orang berpikir bahwa cinta itu tidak penting. Mereka haus akan cinta, mereka
butuh akan cinta.
Kendati pun demikian, hampir setiap
orang tidak pernah berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu. Padahal
berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu,
cinta bisa diibaratkan sebagai suatu seni yang sebagaimana bentuk seni
lainnya sangat memerlukan pengetahuan dan latihan untuk bisa menggapainya.
Begitupun dengan kasih sering sekali
kita terkecoh bahkan sulit untuk membedakan cinta dan kasih itu sendiri. Oleh
karena itu, penulis sangat tertarik mengambil judul makalah Manusia dan Cinta
Kasih, agar dapat membantu kita semua untuk lepas dari ketidak jelasan Cinta
Kasih yang selalu menjadi bahan perenungan, diskusi, cerita yang tidak pernah
ada akhirnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
uraian di atas maka berikut penulis akan merumuskan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah
pengertian manusia ?
2. Apakah
pengertian cinta kasih tersebut ?
3. Apa
sajakah macam-macam cinta itu ?
4. Apakah
pengertian kemesraan ?
5. Hubungan
antara Manusia dan Cinta Kasih
1.3 MAKSUD DAN TUJUAN
Adapun
maksud dan tujuan pembahasan makalah ini, yaitu berdasarkan rumusan masalah di
atas.
1.
Untuk mengetahui pengertian manusia
2. Untuk mengetahui makna cinta kasih
3. Untuk
mengetahui macam-macam cinta
4. Untuk
mengetahui pengertian kemesraan
5.
Untuk mengetahui hubungan antara manusia dan cinta kasih
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN MANUSIA
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya
dimuka bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani.
Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan secara rohani
manusia dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang dianutnya.
Kehidupan manusia sendiri sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi
pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia
dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di
alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan
selaras dan seimbang. Selain itu manusia juga diciptakan dengan sesempurna
penciptaan, dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki. Hal ini diisyaratkan dalam
surat At-Tiin ayat 4 :
لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ
تَقْوِيمٍ (٤
“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya”.
2.2 ARTI CINTA KASIH
Menurut kamus bahasa Indonesia karya
W.J.S Poerwadarminta, Cinta adalah rasa sangat suka atau rasa sayang ataupun
rasa sangat kasih atau tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan
sayang atau cinta kepada seseorang atau menaruh belas kasihan.
Dengan demikian, arti cinta dan kasih
itu hampir sama sehingga dapat dikatakan kata kasih lebih memperkuat kata
cinta. Karena itu, cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang)
kepada seseorang yang disertai dengan perasaan belas kasihan.
Walaupun
cinta dan kasih mengandung arti yang hampir bersamaan, keduannya memiliki
perbedaan, yaitu cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam,
sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, sifatnya
mengarah kepada orang atau dicintai. Dengan kata lain, bersumber dari cinta
yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan dengan kata sayang, kata ini
mengandung pengertian lebih nyata dalam wujud cinta seseorang.
Menurut
tipologi Heymans, seseorang yang banyak memiliki cinta kasih termasuk dalam tipe
kholerikus. Orang yang tergolong dalam tipe ini tidak mau diam dan selalu
memiliki keinginan untuk berbuat sesuatu, dan kegiatannya selalu terarah kepada
rasa sosiabilitas yang tinggi. Mereka memiliki rasa belas kasihan, suka
menolong sebagai pertanda rasa kasihnya kepada orang lain. Selain tipe
kholerikus , manusia tipe gepassioneerd juga memiliki sifat yang penuh cinta
kasih walaupun ia tergolong keras dan
berdisiplin tinggi. Mereka orang orang baik hati yang mau berbuat sesuatu untuk
orang lain atas dasar cinta kasih.
B. Kasih Sayang
Menurut kamus umum bahasa indonesia
karangan W.J.S Poerwadarminta, kasih
sayang diartikan dengan kasih sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada
seseorang.
Dalam bentuk rumah tangga, kasih
sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang merupakan pertumbuhan dari
cinta. Percintaan muda-mudi yang diakhiri dengan perkawinan menjadikan rumah
tangga mereka bukan lagi berdasarkan cinta semata, tetapi bersifat kasih
mengasihi atau saling menumpuhkan kasih sayang.
Dalam kasih sayang masing-masing
pihak dituntut untuk memiliki tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling
percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satu unsur kasih sayang hilang, misalnya
unsur tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang
yang tidak disertai kejujuran akan mengancam kebahagiaan rumah tangga.
2.3 MACAM – MACAM CINTA
1.
Cinta Kepada Allah
Diantara objek-objek pemujaan , ada
yang ditujukan kepada Yang Mahakuasa, yang bersifat pemujaan tertinggi.
Pemujaan tersebut dilakukan oleh manusia religius atau manusia agama, yaitu
orang-orang yang menitikberatkan kehidupannya pada Yang Mahakuasa. Pemujaan
terhadap Yang Mahakuasa disebabkan adanya kesadaran manusia atas kekuasaan dan
kemampuan yang lebih tinggi dari kekuasaan dan kemampuannya, Yaitu kekuasaan
dan kemampuan yang dapat menentukan hidup matinya seluruh makhluk dimuka bumi
ini. Begitu tinggi pemujaan itu diberikan sehingga manusia berkeyakinan bahwa
selama hidup didunia ini, mereka harus berbuat baik sesuai dengan perintah yang
Mahakuasa dan menghindarkan diri dari laranganNya. Mereka yakin ada kehidupan
surga dan neraka setelah mati nanti, yang berbuat baik tempatnya di surga,
sebaliknya yang melanggar perintahNya akan ditempatkan di neraka.
2.
Cinta Diri Sendiri
Ada juga kasih sayang yang bersumber
pada cinta diri sendiri (self love). Telah dikemukakan, bahwa disamping
mencintai sesama manusia, seseorang perlu memiliki cinta kepada diri sendiri.
Banyak orang menafsirkan bahwa cinta kepada diri sendiri didentikan dengan
egoistis. Apabila maksudnya demikian, maka cinta diri sendiri bernilai negatif.
Tetapi, apabila diartikan cinta diri sendiri dengan
mengurus diri sendiri sehingga kebutuhan jasmani dan rohaninya terpenuhi secara
wajar, maka cinta diri sendiri bernilai positif. Kita adalah orang pertama yang
wajib mengurus diri sendiri. Contoh cinta diri sendiri yang mengandung niali
negatif, misalnya seorang ibu yang tidak mau hamil karena tidak ingin tubuhnya
yang indah menjadi rusak akibat kehamilannya.
3.
Cinta Erotis
Kasih sayang yang bersumber dari
cinta erotis (sifat kebirahian) merupakan suatu yang sifatnya eksklusif
(khusus) , sehingga sering memperdayakan cinta yang sebenarnya. Hal ini
disebabkan letak antara cinta dan nafsu yang tidak berbeda jauh.
Padahal keduanya sangat bertolak belakang sifatnya .
kasih sayang dalam cinta erotis merupakan kontak seksual yang asli sedangkan
kasih sayang yang ideal adalah yang bersumber pada cinta. Oleh karena itu ,
dalam kehidupan rumah tangga yang diikat dengan tali perkawinan bila seorang
suami tidak mampu menikahi istrinya secara rohaniah, maka dalam dirinya akan
timbul beban mental . ia akan merasa berdosa atas kekurangannya, begitu juga
sebaliknya, berdosalah seorang istri jika tidak mau melayani kehendak seksual
suaminya. Oleh karena itu, timbul rasa tidak puas antara suami dan istri dalam
hubungan seksual, sehingga akan menimbulkan kerenggangan hubungan yang dapat
berakhir dengan perceraian.
Jika kasih sayang sebagai perwujudan cinta erotis
dapat menjadi pengikat erat dalam hubungan suami istri. Apalagi bila mereka
sudah dikaruniai anak .
4.
Cinta Keibuan
Kasih sayang yang bersumber pada
cinta keibuan, terdapat pada diri seorang ibu terhadap anaknya. Ibu yang memperoleh
benih anak dari suaminya tercinta akan memelihara anaknya secara hati-hati dan
penuh kasih sayang demi keselamatan keturunanya. Setelah anak lahir melalui
penderitaan yang hebat, dirawat dan diasuhlah sang mutiara hati itu dengan
penuh kasih sayang. Selain ibu rasa cinta keibuan juga dimiliki oelh guru taman
kanak-kanak atau perawat, juga mereka yang menggantikan fungsi seorang ibu,
mereka yang mengajar anak-anak atau memelihara orang sakit dengan penuh kasih
sayang.
5.
Cinta Persaudaraan
Cinta persaudaraan diwujudkan manusia
dalam tingkah laku atau perbuatan. Cinta persaudaraan tidak mengenal batas suku
bangsa ataupun agama. Dalam cinta ini semua manusia adalah sama, yaitu sebagai
makhluk ciptaan Allah . Atas cinta yang demikianlah , seseorang tidak mempunyai
rasa pamrih untuk berbuat baik kepada sesamanya.
2.4 KEMESRAAN
Kemesraan berasal dari kata mesra,
yang menurut kamus umum bahasa indonesia
berarti sangat erat atau karib, sehingga kemesraan berarti hal yang
menggambarkan keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan bersumber pada rasa
cinta kasih dan merupakan realisasinya yang nyata.
Kemesraan dapat diartikan keakraban
karena kata akrab, asal katanya juga berarti karib . Dengan demikian ,
kemesraan atau keakraban berarti keadaan yang mempererat hubungan. Kemesraan
atau keakraban yang dilandasi dengan cinta dapat muncul daam sifat sifat
romantik, terutama tampak dalam wujud gerak atau tingkah laku yang sedang
bermesraan.
Untuk mewujudkan kemesraan atau
keakraban yang sempurna diperlukan beberapa cara, antara lain dengan kontak
mata, berbicara, dan bersentuhan. Selain tiga hal tersebut , untuk mencapai
tingkat yang lebih tinggi perlu dipergunakan seni mencintai. Manusia mempunyai
cara atau seni tersendiri dalam mewujudkan kemesraan yang merupakan kebutuhan
psikis untuk mencintai atau dicintai.
Tingkatan kemesraan dapat dibedakan berdasarkan umur
dan secara umum dibedakan atas remaja, rumah tangga, dan manusia lanjut usia
(manula) seprti berikut :
1.
Kemesraan Pada Tingkat Remaja
Kemesraan pada tingkat remaja pada
umumnya terjadi ketika remaja berada dalam masa pubertas, tegasnya pada masa
genetal pubertas, yaitu masa dimana remaja memiliki kematangan organ kelamin,
yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat (heterosexual). Pada saat
itu, cinta erotis akan berkembang dan bila tidak sadar atau hati-hati, mereka
dapat dengan mudah terjerumus kedalam nafsu semata-mata. Secara alami (Intern)
keadaan wanita berbeda dengan pria dalam mewujudkan kemesraan. Hal ini
terjadi karena :
a.
Unsur erotik pada wanita lebih lama
dan penghayatannya lebih intensif. Sebaliknya, unsur erotik pada pria lebih
cepat. Akibatnya, pada wanita kehidupan fantasinya mengarah pada imajiner, sedangkan
pada pria mengarah pada kehidupan real.
b.
Wanita cenderung membawa persoalan
kedalam, yaitu pada diri sendiri, sedangkan pria, lebih mengarah pada
penguasaan dunia luar. Akibatnya, intuisif pada wanita sangat halus dan tajam,
tetapi subjektifitasnya lebih besar dan agresif. Itulah sebabnya, pria dalam
melakukan kemesraan pria jauh lebih agresif daripada wanita yang cenderung
pasif menunggu. Sehingga dirasakan ganjil bila wanita lebih dulu menyatakan
cintanya. Secara sosial hal ini sering dijumpai , tetapi pada umumnya
masyarakat mencela.
Akan tetapi, kehidupan nyata telah membuktikan nyata
telah membuktikan pada masa terakhir ini, pria mulai dikalahkan peranannya oleh
wanita. Beberapa faktor yang menyebabkan penyimpangan tersebut antara
lain adalah :
a.
Jumlah wanita lebih banyak dari pada
pria.
b.
Masyarakat dan pemerintah mengarah
pada perkawinan monogami, yaitu perkawinan satu orang wanita dan satu orang
pria.
c.
Emansipasi wanita dan kemunduran kaum
pria mulai terjadi dalam banyak hal, seperti persamaan kedudukan sebagai
pegawai kantor. Baik pangkat maupun gaji, banyaknya wanita yang lebih maju
dalam karir sehingga pria tertinggal. Secara sadar atau tidak, terjadilah
semacam perjuangan untuk memperoleh suami sehingga diperlukan sifat yang
progresif dikalangan dikalangan kaum wanita.
2.
Kemesraan Dalam Rumah Tangga
Kemesraan juga terjadi dalam rumah
tangga. Dalam tradisi lama, perjodohan ditentukan oleh orang tua atau keluarga,
atau diistilahkan sebagai kawin paksa sehingga anak yang dijadohkan harus
menurut. Pada umumnya, hal ini disebabkan keinginan keluarga untuk memelihara
hubungan dengan keluarga untuk
memelihara hubungan dengan keluarga lain melalui putra-putrinya. Alasannya demi
menyatukan tulang-tulang yang berserakan
atau menjaga harta benda keluarga agar tidak lari ketempat lain. Dengan
cara tersebut, cinta kasih yang biasa mengawali perkawinan tidak pernah
terjadi. Diharapkan justru setelah mereka menikah, cinta kasih yang didambakan
dapat terjalin.
Dalam tradisi baru, pemilihan jodoh
dilakukan oleh mereka yang ingin berumah tanggadengan alasan bahwa rumah tangga
akan bahagia dan sentosa apabila dilandasi dengan rasa cinta. Orang tua atau
keluarga masa kini cenderung memakai cara kedua ini sehingga tidak jarang
terjadi perkenalan antara kedua keluarga pada saat terakhir sebelum perkawinan
dilangsungkan. Kedua cara tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan
masing-masing, tetapi semua tergantung pada manusianya .
Walaupun demikian, pada masa tertentu
adakalanya suatu rumah tangga sulit dipertahankan untuk berjalan seperti pada
mulanya. Salah satu penyebab umumnya adalah menopause, yaitu berhentinya
haid pada istri yang disebut juga klimaktorium yaitu masa perubahan
setelah mencapai puncak, terjadi pada usia sekitar 45 – 50 tahun. Pada
masa-masa tersebut rumah tangga sering mengalami krisis sehingga cinta kasih
antara suami-istri menjadi tidak harmonis lagi. Ada tiga penyebab yang
mempengaruhinya, yaitu masalah fisik, psikis dan sosial, seperti yang diuraikan
berikut ini :
a.
Faktor Fisik
Dalam usia 45 tahun, istri mulai
tampak tua, apalagi bila ia telah berhenti haid, ia merasa nafsu seksnya
berkurang dan merasa bahwa tugasnya sebagai seorang wanita untuk memproduksi
keturunan sudah berakhir. Sebaliknya, pria dalam usia tersebut merasa fisiknya
justru sedang hebat-hebatnya, life begin at fourty dikatakan bahwa pada
waktu ini pria sedang mengalami masa puber kedua. Pada masa ini mereka sedang
disimpang jalan.
b.
Faktor Psikis
Dalam usia sekitar 45 tahun, istri
mulai merasakan kejenuhan dalam menghadapi soal partner yang tetap (suami),
sehingga terjadi keengganan untuk melayani kebutuhan rohani seorang suami.
Demikian pula dengan suami, sehingga ketika istri mulai enggan, suami mencari
partner yang lain, baik untuk dijadikan istri muda atau istri simpanan atau
hanya sekedar main-main dengan wanita yang lebih muda dan lebih menarik dari
istrinya, terutama yang mampu melayani kebutuhannya.
c.
Faktor Sosial
Faktor sosial disini timbul karena
peralihan titik perhatian istri. Sewaktu mulai berumah tangga perhatiannya
dipusatkan hanya pada suami saja, maka dalam usia sekitar 45 tahun perhatiannya
mengarah pada kepentingan anak-anak atau cucu-cucunya. Sementara, suami dalam
usia ini, mulai memperhatikan karier atau hubungannya dengan masyarakat juga
mengalihkan perhatiannya dari istrinya pada pekerjaannya ataupun organisasi sosial.
Bagi keluarga yang kurang memiliki
pengetahuan tentang masalah kondisi fisik atau psikis masing-masing tentunya
akan saling menyalahkan, hingga kadang-kadang berakibat buruk bahkan
menyebabkan perceraian. Kondisi demikian menjadi penyebab kehancuran yang bukan
saja merugikan mereka, tetapi juga anak-anaknya. Akan tetapi, bagi mereka yang
mengerti persoalannya dan amu mempertahankan keutuhan keluarga, masing-masing
mengintrospeksikan diri, sehingga terjadi saling pengertian tanpa melepas
faktor kasih sayang sebagai perekat kuat dalam kerukunan dan keharmonisan rumah
tangga.
3.
Kemesraan Manusia Lanjut Usia
(Manula)
Kemesraan juga dapat diteruskan dalam
masa manusia usia lanjut (manula) pandangan lama mengatakan, bahwa kalau
manusia sudah usia lanjut tidak pantas lagi bermesraan. Apabila dilakukan, akan
menjadi tertawaan anak, cucu dan cicitnya. Pandangan demikian sudah tidak sesuai
lagi dengan zaman sekarang yang justru dalam keadaan tersebut, kemesraan harus
tetap dipelihara, tentu saja dengan cara yang berbeda. Kemesraan bagi manula
dapat diwujudkan dalam makan, duduk, jalan-jalan, menonton televisi atau
membaca koran bersama-sama. Alangkah bahagianya apabila pasangan ini dapat
merayakan kawin tembaga (12,5 tahun), kawin perak (25 tahun), kawin emas (50 tahun)
apalagi kawin berlian (60 tahun) diantara ramainya anak, cucu, cicit. Mereka
akan menjadi contoh teladan bagi keturunannya.
Apabila membandingkan kekeluargaan timur dan
barat, kita akan melihat perbedaan yang mencolok. Dapat dikatakan kekeluargaan
di timur bersifat kebersamaan (kolektif), sedangkan di barat bersifat individu
(egoistis), hal ini disebabkan struktur sosial yang memang berbeda. Di timur, kekeluargaan bersifat sangat akrab
walaupun merupakan keluarga besar (big family), sedangkan di barat kekeluargaan
dirasakan kurang keakrabannya walaupun mereka umumnya keluarga kecil (nuclear
family). Perbedaan lain, di timur memiliki kecenderungan untuk selalu
melindungi anak ataupun cucu (overprotected),
sedangkan di barat cenderung cepat memandirikannya. Misalnya, kebiasaan
keluarga timur untuk menidurkan bayi atau anak-anaknya diantara ayah ibunya,
sedangkan pada keluarga barat, bayi apalagi anak yang lebih besar harus tidur
sendiri. Hal lain yang menunjukan perbedaan adalah di keluarga timur, hubungan
anak dan orang tua akan berlanjut sampai tua, sedangkan di keluarga barat,
hubungan itu terputus setelah anak-anak berumah tangga.
D. Pemujaan
Pemujaan berasal dari kata puja.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadinata, kata puja berati
penghormatan atau memuja dewa-dewa atau berhala. Dalam perkembanganya, pujaan
dapat ditujukan kepada orang yang dicintai, pahlawan yang diagungkan, dan Tuhan
Yang Maha Kuasa. Dalam pujaan terkandung pengertian bukan sekedar dipuja tetapi
juga disucikan. Pujaan seseorang terhadap orang yang dicintainya diwujudkan
dalam personifikasi dan kata-kata yang indah.
Selain kepada pujaan hati pujaan diberikan juga kepada para pahlawan.
Pemujaan kepada Tuhan adalah
perwujudan cinta manusia kepada Tuhan. Kecintaan manusia terhadap Tuhan tidak
dapat dipisahkan, karena Tuhan adalah pencipta. Pemujaan kepada Tuhan adalah
inti, nilai dari kehidupan yang sebenarnya, sperti dalam surat Al-Furqon ayat
59 – 60 :
الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ
الرَّحْمَنُ فَاسْأَلْ بِهِ خَبِيرًا (٥٩)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اسْجُدُوا لِلرَّحْمَنِ
قَالُواوَمَا الرَّحْمَنُ أَنَسْجُدُ لِمَا تَأْمُرُنَا وَزَادَهُمْ نُفُورًا (٦٠
“Dia yang menciptakan langit dan bumi beserta
apa-apanya diantara keduanya dalam 6 rangkaian masa, kemudian dia bertahta
diatas singgah sananya. Dia maha pengasih, maka tanyakanlah kepadaNya tentang
soal-soal apa yang perlu diketahui.” Selanjutnya ayat 60, “bila dikatakan
kepada mereka, sujudlah kepada Tuhan yang Maha Pengasih”.
Dalam surat An-Nur ayat 41:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُسَبِّحُ
لَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالطَّيْرُ صَافَّاتٍ كُلٌّ قَدْ عَلِمَ
صَلاتَهُ وَتَسْبِيحَهُ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ (٤١)
“Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada-Nya
bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan
sayapnya. Masing-masing telah mengetahui
(cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
kerjakan”.
1. Cara
Pemujaan
Dalam kehidupan
manusia terdapat berbagai macam cara pemujaan sesuai dengan agama, kepercayaan,
kondisi, dan situasi. Pemujaan sebenarnya karena manusia ingin berkomunikasi
dengan Tuhannya. Pemujaan dapat berupa sembahyang sebagai media komunikasi. Hal
itu berarti manusia memohon ampun atas segala dosanya, mohon perlindungan,
mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukan jalan yang benar dan
lain-lain. Tuhan selalu mengabulkan
permintaan umat-Nya, maka wajarlah bahwa cinta kepada Tuhan adalah hal yang
mutlak. Cinta yang tidak dapat ditawar-tawar lagi.
2. Tempat
Pemujaan
Pemujaan dapat
berupa membangun tempat pemujaan atau tempat beribadah. Terdapat tempat
pemujaan yang berbeda-beda diseluruh
dunia , tempat untuk manusia berkomunikasi dengan Tuhannya sesuai dengan agama,
kepercayaan, kondisi, dan situasi. Seperti masjid bagi kaum muslim, gereja bagi
kaum kristen, pura bagi kaum hindu, candi atau wihara bagi kaum budha.
3. Berbagai
Seni Sebagai Manifestasi Pemujaan
Seperti dikemukakan
di atas, cinta menimbulkan daya kreativitas penciptanya. Misalnya, dalam seni
pahat banyak sekali dijumpai arca-arca yang menggambarkan dewa-dewa atau
sesuatu yang dipuja. Dalam seni tari, seperti tari sanghyang jaran dari Bali
yang hanya dipertunjukan pada upacara agama dilakukan pada dini hari tidak
boleh ditonton orang sembarangan misalnya turis, penontonya terbatas.
2.5 HUBUNGAN MANUSIA DAN
CINTA KASIH
Manusia dan cinta
kasih tidak dapat dipisahkan karena memang keduanya sangat berkaitan. Manusia
normal mempunyai rasa cinta dan kasih kepada orang terdekatnya. Manusia adalah
makhluk sosial yang perlu ikatan antar setiap manusia sebagai aplikasi dari
cinta kasih. Ikatan itu bisa berbentuk tali persaudaraan, perkawanan,
persahabatan, dan cinta kasih antara manusia bahkan ada cinta kasih terhadap
makhluk hidup lainnya seperti hewan dan tanaman. Manusia membutuhkan manusia lain dan tidak
bisa untuk hidup secara individualis total. Jika diibaratkan seperti makhluk
hidup dan air, semua makhluk hidup sangat membutuhkan air untuk bertahan hidup
makhluq hidup tanpa air akan kehausan dan sulit untuk bertahan hidup, begitupun
Manusia tanpa cinta kasih bagaikan manusia tanpa perasaan dan akan membuat
manusia itu berdarah dingin dan tidak peduli dengan lingkungan yang ada
disekitarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
·
Manusia pada hakikatnya tidak akan
dapat terpisahkan dari Cinta kasih dan sayang.
·
Cinta dan kasih mengandung arti yang
hamper sama, tapi antara keduanya terdapat perbedaan, yitu cinta lebih
mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih meupakan
pengungkapan untuk mengeluarkan rasa mengarah kepada yang dicintai.
·
Cinta itu mulia, bisa sangat indah,
cinta itu sebuah kebahagiaan, tetapi manakala cinta itu tidak sesuai dengan apa
yang diharpakan, apa yang diperkirakan dan apa yang didambakan bertolak
belakang dari kenyataaan yang sudah terlanjur tercipta dalam angan-angan maka
cinta bisa sangat menyakitkan dan menimbulkan penderitaan yang luar biasa.
3.2 SARAN
·
Dengan diselesaikannya makalah ini
penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat, menambah wawasan dan pengetahuan
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa, Ahmad. 1999.Ilmu Budaya Dasar.
Bndung : Pustaka Setia.
Belum ada tanggapan untuk "MAKALAH MANUSIA DAN CINTA KASIH"
Post a Comment